Daripada siang, aku seringkali lebih memilih malam hari untuk perjalanan ke luar kota. Selain lebih bisa untuk beristirahat, ada sebuah pemandangan yang terkadang membuat terenyuh, “ngrogoh ati” dan harus lebih bisa bersyukur.
Jika kalian yang sering melintas malam lewat pantura, pemandangan bapak tua menjajakan dagangan dari satu bus ke bus yang lain akan menjadi pemandangan yang akan kalian temui. Terlihat wajah yang sangat lelah, namun tanggungjawab maha haibat juga terpancar dari tubuhnya.
Terkadang aku berpikir, berapa jumlah dagangan yang laku, dapet untung berapa, ya kalau dagangan laku, kalau tidak? Bagaimana anaknya besok bisa jajan di sekolah, istrinya bisa ngeliwet buat makan di rumah. Pertanyaan itu selalu muncul dipikiranku saat aku naik bus Jakarta-kampung atau kampung-Jakarta yang dihadapkan dengan pemandangan seperti itu.
Namun disisi lain aku juga sering geram jika mendengar ada anak yang mogok gamau sekolah kalau tidak dibelikan HP model anyar atau motor keren buat gemagusan. Apalagi kalau sudah dibelikan malah buat pecicilan itu jelas kebangetan.
Mbok yo kalo ngambek rodo kreatif sithik, tunjukin ke orang tua rajin ngaji apa sholat jadi orang tua juga mau membelikan jadi semangat. Bukan malah ngamuk-ngamuk njur jadi gamau sekolah.
Tidak ada orang tua yang tidak ingin membuat anaknya gembira, hanya saja ya kudu sadar diri dan maklum terhadap kondisi keluarga, kalau hanya mampu beli hape siomay ya jangan ngambek minta hape apel sing regone bisa buat beli tanah secengkal. Ngono lho drun.
Kembali ke perjalanan malam, aku bukan sedang menjadi manusia sok suci yang lagi mengajari anak muda bersikap bagaimana kepada orang tua. Kita yang harus sadar diri, seberapa besar kemampuan finansial keluarga kita, apa pekerjaan mereka, bagaimana mereka sulitnya mencari uang. Ngono lho.
Aku le jadi mikir, ngapunten ini ngapunten bukan sedang menggurui para pendidik, sesekali mungkin selain study tour ke tempat wisata yang wajib itu, harus ada juga materi pelajaran hidup, misalnya para siswa disuruh keceprokan di sawah bareng sama buruh tani, atau disuruh untuk dagang jajanan di bus-bus terminal.
Entah ini ide jahil apa ide gila, mbuh rak ngerti. Maksudku agar siswa remaja itu minimal punya rasa empati terhadap pekerjaan orang tuanya dalam mencari penghidupan itu tidak mudah.
Salam