Sains dan Agama, Debat Tanpa Ujung

Lagi ramai di media sosial polemik sains versus agama. Tidak asing lagi.

Kebetulan salah satu buku yang pertama saya baca secara tuntas dan berulang-ulang adalah berjudul PERBANDINGAN AGAMA. Buku itu milik Bapak, tapi tampaknya hanya dibaca sekilas.

Bagi seorang anak berusia 7 tahun, itu buku yang sangat menarik. Jujur, agama menyediakan dongeng dan lelucon yang keterlaluan. Juga cerita saling bunuh antar manusia atas nama Tuhan. Benar-benar menghibur dan melatih imajinasi. Tidak kalah dengan sandiwara radio.

Tekanan batin muncul ketika mengenal sains yang lebih logis tapi justru menyesatkan. “IPA, ilmu pendapat akal, itu buatan orang kafir,” bapak sering mengulang itu pada setiap ceramah. Sejak dini kebencian pada IPA mulai tertanam. Sebab kata Bapak, “Yang benar adalah al-Quran.”

Bapak adalah kyai paling progresif yang saya kenal. Subjektivitas seorang anak, mungkin. Jangan-jangan yang benar memang al-Quran.

Di SMP dan SMA, polemik sains versus agama adalah tema utama di benak saya. Kepada siapa saya bertanya? Perpustakaan adalah pelarian. Dua tahun saya menjadi pengurus perpustakaan di SMP Penawaja, tapi hampir tidak mengurus administrasi.

Baca Juga : Pengaruh Euclid Terhadap Pola Pikir Isaac Newton

Perenungan semakin intensif sewaktu di SMA Ihsaniyyah dan dropout pada November 1994. Perjalanan hidup yang sangat pahit. Nama “Faz” adalah mengenang peristiwa itu. Saya kukuhkan pada malam Jum’at Kliwon 17 Ramadhan 1995 di Pare, Kediri. Nama itu semakin bergetar ketika diucapkan Kyai Masyruhan ketika pemakaman adik saya, Siti Lamhatun, April 1995.

كُلُّ نَفۡسࣲ ذَاۤىِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
QS.3 (Ali ‘Imran): 185

Pintu jawaban mulai terbuka. Misteri kehidupan sejatinya identik dengan misteri kematian. Kehidupan itu apa? Jawabannya sama dengan pertanyaan: kematian itu apa?

Berlanjut paling asyik di perpustakaan mushola IRMUBI SMA Negeri 1 Tegal. Bukunya banyak. Sebagai pengurus, saya punya kesempatan membaca hampir semua buku. Karya tulis berjudul MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH: PRINSIP-PRINSIP SAINS DALAM GARIS BESAR DAN PENYEDERHANAAN lahir di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *