Buku dan Eksistensinya di Dunia 4.0

Kertas-kertas yang terikat dengan baik sebagai buku bernilai lebih dari sekedar media kata-kata  (Dr. Ian Pearson)

Bagi sebagian orang, kegiatan membaca buku rasanya kurang afdhol jika tidak berupa lembaran-lembaran kertas berisi tulisan yang kemudian dibuku-kan. Karena banyak alasan yang hanya ada di Buku kertas dan tidak ada di buku digital yang bisa kita temui. Tapi apakah keberlangsungan kehidupan akan membawa buku akan tetap diproduksi oleh manusia? Mengingat keberadaan buku elektronik menjadi solusi praktis di zaman 4.0.

Tulisan ini merupakan hasil interpretasi dari buku You Tomorrow karya Dr. Ian Pearson seorang Futurolog asal inggris.

Jika diukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh suatu prediksi baru menjadi realitas sehari-hari yang tersebar luas, dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun. Misalnya, iPad terbaru yang dipakai sekarang adalah semacam tablet versi meja kopi yang telah dibicarakan industri teknologi informasi sejak 1991. Laju perubahan biasanya lebih lambat dari yang dibayangkan dalam jangka pendek hingga menengah, tetapi jauh lebih cepat dalam jangka panjang.

Mari dimulai dengan keberadaan kertas.

Penggunaan teknologi informasi yang tepat dalam bisnis akan menghapus kertas dari sistem administratif dan distribusi. Tanpa kertas, informasi elektronik dapat dimanipulasi dan didistribusikan dengan lebih mudah, serta mudah pula ditransfer antar sistem. Informasi alam bentuk kertas bersifat tetap dalam waktu dan lokasi tertentu sehingga tidak dapat bersaing dengan gawai elektronik.

Lalu bagaimana dengan buku?

Bagi sebagian masyarakat, kemudahan membaca memang lebih mudah dengan buku kertas dibanding gawai elektronik. Gawai yang hadir dengan tampilan, resolusi, kontras dan ergonomi yang buruk. Jika kita menggunakan keduanya secara pararel dengan tepat, berarti selama ini kita melihat penggunaan kertas tumbuh bersama dengan gawai-gawai elektronik, bukannya menurun.

Baca Juga : Reformasi Budaya

Informasi diproses dan ditansfer secara elektronik, dan kadang-kadang dicetak untuk dikoreksi secara manual oleh manusia. Dibutuhkan waktu beberapa tahun sebelum kertas elektronik (e-paper) menjadi cukup murah untuk menggantikan kertas konvesional sebagai media membaca yang luas. Dan saat ini sudah masuk masanya.

Kertas elektronik masa depan akan sangat fleksibel. Ia menggabungkan kenyamanan kertas dan fleksibilitas medium elektronik. Buku-buku kertas juga akan terus ada, meskipun pasarnya akan mengecil. Kertas versi elektronik tentu sangat kuat dan memungkinkan banyak interaksi dan potensi bermain bagi anak-anak. Namun, dengan sebuah buku kertas, seorang anak dapat mencoret, merobek halaman, dan membawa bundelannya. Mereka pun bisa menyortir semua buku dan menbandingkan semua gambar di sampulnya. Cara bermain seperti ini tidak akan dapat dilakukan dengan buku-buku elektronik.

Yap, masa depan itu akan segera tiba. Tentunya, mau tidak mau, kita akan segera menjumpai perubahan itu? Bagaimana dengan buku-buku yang sudah dicetak? Bagaimana dengan buku yang ada di rak-rak perpustakaan? Apakah lambat laun akan menjadi pajangan juga?

Wallohu A’lam

Selamat Hari Buku Nasional, 2022!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *