Usaha Tanaman hias menggeliat. Pot-pot bunga laku keras. Kembang apapun mengembang. Hampir setiap orang bikin tempat tanaman. Orang berusaha memanfaatkan tanah walaupun hanya sejengkal.
Mungkin hikmah dari lama isolasi diri. Bisa jadi bagian dari ikhtiar siapapun untuk bisa bertahan hidup. Barangkali ini adalah pintu inovasi bisnis yang lumayan di era corona. Setiap kebuntuan, akan mendatangkan jalan baru. “Tak ada beban tanpa pundak”, kata Gola Gong, penulis asal Banten.
Di sepanjang jalur utama Baturraden Timur, pedagang tanaman hias, diburu pembeli, dan laku keras. Seperti pasar hewan, menjelang Idul Adha. Seolah tak ada dampak Covid-19. Perekonomian menggeliat dan tak mati. Mobil-mobil bagus berjejer dan membeli tanaman. Efeknya, bakul cilok, penjual bakso keliling, depot es tebu dan kelapa muda, ikut kecipratan rejeki.
Apa penyebabnya? Apakah efek kebosanan terlalu lama di rumah, sehingga mata perlu melihat tanaman hijau dan bunga-bungaan untuk kesegaran?
Atau fenomena gelombang cinta dan anthurium seperti beberapa tahun lalu kini sedang terulang? Dengan harga sangat fantastis dan tak masuk akal?
Siapapun hari ini melirik tanaman hias dan itupun sah-sah saja. Sepanjang tebing kali Gumawang, kali yang membelah obyek wisata Baturraden, tunggak-tunggak tanaman tua nyaris habis, diburu oleh banyak orang. Sebelum covid-19, tebing-tebing tampak alamiah, bahkan hampir tak pernah diinjak kaki manusia.
Menggeliatnya usaha tanaman hias ini adalah fakta yang ada di depan kita. Hal yang sekarang ramai dibicarakan dan menjadi ladang usaha yang mendatangkan uang. Ada pendapat, bisnispun harus mengikuti budaya atau tren yang ada.
Apapun pendapat orang, kita pada prinsipnya harus kreatif dan inovatif dalam kondisi seperti apapun. Era pandemi kita harus siap menghadapi. Sejarah membuktikan, orang-orang yang bertahan, adalah orang-orang yang tak pernah berhenti bergerak. Bahasa kerennya mungkin bersemangat terus untuk berbuat kreatif dan inovatif.
Kakek nenek kita, bapak ibu kita, adalah sosok-sosok yang bertahan pada jamannya, sehingga melahirkan kita ini. Tentu dengan pergulatan masing-masing di setiap dekadenya. Kalau bukan orang kuat, mustahil ada kita.
Fenomena tanaman, khususnya tanaman hias, tentu bentuk dari inovasi manusia. Istilah nama LIDAH MERTUA dan JANDA BOLONG, rupanya menjadi brand yang luar biasa. Mungkin terdengar sederhana, namun ternyata bagian dari strategi bisnis yang tak kalah pentingnya. Termasuk memberi nama jenis tanaman.
Upaya-upaya itu adalah bentuk perjuangan untuk melawan kondisi pandemi yang luar biasa ini. Menunggu pulih, rasanya tak ada batas kepastian waktu. Yang ada hanyalah berakrab ria dengan situasi dan kondisi yang ada. Mengalir sekalipun harus tetap waspada. Alam berbicara dengan bahasanya, dan semoga kami bisa menerjemahkan serta memaknainya dengan bijak.
Baturraden, 8 Agustus 2020