Dalam dunia kuliner, banyak sekali perdebatan guyon menggelitik tentang makanan, dari cara makan sampai makanannya sendiri. Dari mulai bubur di aduk atau tidak, penamaan tumis, makan nasi padang harus pakai tangan karena kalau pakai sendok akan menyinggung orang padang, tomat itu sayur atau buah, atau opini makan harus pakai sambal?
Perdebatan itu masih relevan 5 tahun belakangan, meskipun sudah banyak media yang menginvestigasinya. Karena perdebatan makanan ini selalu menarik perhatian preferensi masing-masing orang ketika memakannya dan menimbulkan perdebatan yang mengundang gelak tawa.
Karena mulai bosan dengan perdebatan yang uzur itu, ada isu yang ingin diangkat di tulisan ini yang berawal opini belaka, yaitu “Tim Makan pakai kerupuk atau tidak?”.
Dalam bahasa Jawa penggambaran kerupuk itu dinamai dengan “cekelan” alias pegangan. Yaitu makanan pelengkap yang menjadi pegangan ketika makan, baik kerupuk, gorengan, mendoan atau tangan ayang dikarenakan posesif.
Perkara ini belum sempat menjadi perhatian dari media kuliner, dan belum menjadi isu yang harusnya diangkat karena cukup menggelitik. Kenapa? Karena Tiga dari Lima orang setuju bahkan wajib menjadikan cekelan menjadi makanan pendamping. Dua diantara yang lain merasa tidak perlu ada tapi kalaupun ada pun ngga ada.
Baca juga : Bubur Bakar Artamara
Orang yang Pro dan menjadi “Tim Pake Kerupuk” ini selalu ambil bagian menjadi orang-orang yang selalu rela beli “cekelan” (red: makanan pendamping) meskipun lauk pauknya sudah ada di depan mata atau berkurang selera makannya karena tidak hadirnya kerupuk diatas piring.
Dalam setiap adegan kanal YouTube seseorang yang sedang menampilkan ruang makan, akan ada selalu keluarga yang mengoleksi berbagai kerupuk yang dekat sekali dengan meja makan. Dari mulai kerupuk udang, kerupuk seblak, kerupuk kulit dan berbagai varian kerupuk yang ada. Serta selalu menyediakan gorengan, mendoan atau cekelan elit seperti pangsit, kroket, nugget atau yang lainnya.
Kewajiban ini membuat sebagian ibu rumah tangga menyajikan cekelan disetiap aktivitas memasaknya, dan akan ditemui disetiap nasi kotak yang akan kita makan.
Tapi sebagian orang yang tidak menyukai “cekelan” atau “Tim ngga pake kerupuk” akan merasa penggunaan kerupuk dalam setiap makanan agaknya menambah beban minyak goreng yang lazim diserap banyak oleh kerupuk atau gorengan yang ada. Atau setiap kerupuk yang ada akan mubazir kala makan nasi kotak, nasi goreng, mie goreng yang sudah secara otomatis dihidangkan.
Tim yang kontra ini merasa tidak efektif kalau harus makan dengan kerupuk. ‘Cekelan‘ ini mungkin satu dari sekian tradisi makan di Indonesia dan daerah Asia lainnya. Jadi sebagai warga yang yang selalu lapar ini, Kamu tim mana “pake kerupuk atau tidak?”