Lezat! Berburu Walang Trus Dibikin Oseng

Saya benar-benar tidak menyangka ketika masuk diumur kepala dua baru mencoba oseng walang untuk pertama kalinya. Maaf ya untuk kali ini lumayan lebay.

Oseng walang menjadi sebuah kilas balik masa kecil tersendiri bagi beberapa orang, namun menjadi hal yang baru bagi generasi X dan Z. Tapi bener, dari zaman sekolah dasar, memburu walang atau dalam bahasa indonesia disebut dengan belalang, bagi kami generasi Z hanya iseng atau main-main belaka.

Waktu itu berburu walang tidak sampai mendapat beratus-ratus. Paling mentok ya sepuluh, yang penting senang. Keberadaan walang juga sudah jarang ditemukan khususnya di perkotaan. Beruntung jika di daerah kalian masih ada belalang dalam jumlah yang banyak. Tak heran ini menjadi hal baru bari generasi X dan Z.

Mungkin beberapa orang mengganggap bahwa walang (red: belalang) tidak bisa diolah menjadi sebuah hidangan lauk. Apa jadinya? Tapi di Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas, memburu walang sudah menjadi pekerjaan sampingan dalam membantu perekonomian keluarga. Pun olahan dari walang yang dioseng sudah menjadi hal wajar untuk menjadi lauk makan.

Di Dermaji, para pemburu walang akan menawarkan hasil buruannya dari rumah ke rumah atau yang sudah menjadi langganan. Walang akan dimasukkan ke dalam botol kemasan air mineral. Untuk ukuran botol 600ml akan dijual dengan harga 20.000 – 25.000 dan untuk ukuran yang lebih besar yaitu 1 liter akan dijual dengan harga 30.000-,. Harga akan naik ketika walang sedang tidak dalam musimnya.

Balik lagi ke oseng walang. Masakan ini saya dapatkan dari seorang teman yang berasal dari Dermaji, mengingat untuk mendapatkan masakan ini cukup susah di area Ajibarang, saya langsung mengiyakan ketika dia menawari untuk dibungkus.

Baca Juga : Gurihnya Ayam Goreng Ribank

Oseng walang ini dimasak seperti memasak kering kentang atau kering tempe. Walang pertama akan digoreng biar kriuknya terasa, kemudian baru ditumis dengan bumbu cabai merah, bawang putih dan bawang merah.

Jika di Gunung Kidul Yogyakarta biasanya warga setempat akan memasak walang ini dengan menggunakan Lombok ijo (red : cabai hijau). Karena kekhasannya ini gunung kidul terkenal dengan oseng walang lombok ijonya.

Lain lagi di Wonosari Jawa Timur, walang hanya digoreng sampai garing kemudian hanya dibumbui dengan garam saja.

Bayangan memakan oseng walang untuk pertama kalinya pasti akan merasa geli, atau jijik. Bahkan untuk menelannya saja susah. Tapi setelah dimakan, oseng walang ini akan berasa gurih dan kriuk, tidak terasa seperti walang.

Ada yang bilang kalau rasanya seperti makan udang goreng kecil, atau seperti olahan kulit mlinjo krispi. Oseng walang ini bisa dimakan langsung sebagai cemilan atau menjadi lauk bareng dengan nasi.

Oseng walang bisa menjadi menu alternatif ketika kamu sedang berkunjung ke Dermaji atau Gunung Kidul, sebagai makanan khas tradisional. Kapan lagi akan mencoba oseng walang?

*****

Jangan sampai lapar, marahnya orang lapar sungguh menjadi bencana.
Salam makan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *