Tentu kita sering mendengar kata madad diucapkan dalam majelis dzikir, diba, barzanji, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana artinya?
Beliau pernah meriwayatkan dawuhannya Mbah Moen, “nek pengen ndue anak alim, ojo geting karo kyai, meskupun awakmu ora cocok. mergo kyai iku gowo nur dewe dewe, kok mbuk getingi yo nure ora gelem mlebu reng awakmu”.
Beliau mewanti wanti agar jangan sampai punya rasa benci apalagi sampai hasud pada mereka yg dianugerahi ilmu agama oleh Allah, karena dampaknya sangat bahaya bagi anak cucu.
Bahkan menurut Mbah Ad Dairiny yg dinukil oleh Mbah Ihsan Jampes bukan hanya orang alim saja, melainkan seluruh mahluk
وقال الديريني رحمه الله؛
من أحب أن الوجود كله يمده بالخير فليجعل نفسه تحت الخلق كلهم، فإن المدد مع الخلق كالماء، وهو إنما يجري في المواضع المنخفضة.
(سراج الطالبين؛ ١/٥١٤)
Siapa saja yg pengen mendapatkan madad kebaikan dari semua mahluk yg ada, maka letakkanlah dirinya di bawah keseluruhan mahluk tsb -tawadu’-. Karena madad dari setiap mahluk seperti halnya air yg akan mengalir ke tempat yg lebih rendah.
Baca Juga : Syekh Ali Jum’ah : Menghidupkan Majlis Ilmu dengan Kekayaan Pribadi
Maqolah Mbah Ad Dairiny tersebut dipraktekkan oleh Al Habib Segaf bin Muhammad Assegaf, kata beliau;
إذا زرنا تريم نستمد حتى من غزالاتها.
(الفوائد المختارة؛ ٤٥٧)
Ketika kita berkunjung ke tarim, kita akan mengambil madad -yg ada-, bahkan dari rusa rusanya.
Lalu apa itu madad?
قال بعضهم؛ المدد الفتح الرباني
الإمداد هو أنوار التوجه للسائرين، وأنوار المواجهة للواصلين.
(شرح المناقب الجني الداني؛ ٦٥)
Mbah Nawawi menuqil pendapatnya sebagian ulama’, kalau almadad adalah fathu robbani.
Dan kata salah seorang guru;
“Madad ya madad, ndak bisa diterjemahkan dg kata kata. hanya bisa dirasakan keberada’annya.
kamu melihat wajah gurumu yg begitu meneduhkan, lalu menjadikanmu semangat melakukan kebaikan, itu madad.
Kamu ikut mengaji dengan seorang kyai, lalu kamu mendapatkan ilmunya dan bisa mengamalkannya, itu madad.
kamu berteman dg seseorang, karena pertemanan tersebut kamu dapat menjadi pribadi yang lebih baik, itu madad.
Jadi setiap hal yang menyadarkanmu untuk melakukan kebaikan dan membuatmu menjadi baik, itu semua adalah madad”.
Benar saja, bila almadad hanya bisa diperoleh dengan khusnudon. Semakin banyak kita berkhusnudon pada apapun yang ada, madadnya pun akan mengalir dengan deras menuju sanubari kita.
Bahkan kata Al-Habib Abu Bakar Assakron;
ما نلت ما نلت إلا بحسن الظن في الصالحين وجميع المسلمين.
Aku memperoleh apa yg kuperoleh -maqom wilayah- hanya dg khusnudhon pd orang orang saleh dan seluruh kaum muslimin.
_______
Jadi agar punya keturunan alim, usahakan selalu khusnudon pada orang muslim, terlebih mereka yg alim.
Banyaknya status keilmuan, namun sangat sedikit yang merasakan kemanfaatan bisa jadi karena kurangnya rasa tawadu’ dari para netizen dan malah sering su’udon pada yang memposting – seng posting iki mesti riya’, misale-.