Diberlakukannya kebijakan New Normal, setelah beberapa kegiatan sosial, budaya, keagamaan dan ekonomi berhenti sejenak, rupanya disambut dengan baik di banyak daerah yang dua bulan terahir memberlakukan pembatasan sosial.
Terlepas dari apapun yang terjadi sekarang, terutama yang terkait dengan covid-19, kembali ke kegiatan seperti biasa, adalah keniscayaan. Tidak mungkin seseorang dengan tingkat ekonomi yang biasa-biasa saja, kemudian akan berdiam diri saja di rumah. Para pekerja bangunan, sales, pedagang kaki lima, mestinya harus kembali beraktifitas untuk menopang kebutuhan rumah tangganya.
Yang hari ini masih punya banyak harta, semoga masih bisa menahan diri untuk tidak buru-buru menuju restoran dan rumah makan dalam rangka makan bersama keluarganya atau komunitasnya. Masih ada di sekeliling kita yang kekurangan untuk makan sehari-hari, saat ekonomi belum pulih.
Fakta berbicara, begitu New Normal diberlakukan mobil-mobil bagus banyak berjejer diparkiran rumah makan layaknya dealer mobil. Seolah tak ada masalah sosial pasca PSBB. Mungkin pihak pengusaha restoran sudah menerapkan protokol kesehatan, tetapi “rasa rumangsa” dengan yang lain, terutama orang kecil yang baru menata ekonomi, tetaplah harus diperhatikan.
Kewaspadaan dan SOP dari pemerintah tetap menjadi pegangan. Urusan jasmani sudah jelas sekali aturannya, cuci tangan, bermasker, jaga jarak, hati-hati dalam berkerumun adalah poin-poin yang tidak bisa dielakkan, jika ingin ikhtiar serius.
Dari sisi ruhani, sebagai orang yang beragama, kitapun harus benar-benar serius menggantungkan diri kita padaNya. Pandemi ini tidak nampak oleh mata langsung, tetapi kita yakini ada. Terbukti data Nasional PDP dan ODP tetap naik.
Mati memang urusanNya, tetapi bersiap diri dan mencari bekal untuk pulang menujuNya, juga tidak boleh dilupakan. Sudah terlalu besar, negara mengeluarkan dana untuk corona ini. Ada saatnya kita harus sadar diri untuk secara mandiri menghadapi pandemi ini.
Ketahanan jasmani dengan meningkatkan imunitas diri tak bisa kita kesampingkan. Kesiapan ruhani dengan terus taat pada perintahNya, juga tak bisa disepelekan . Covid-19 tak kasat mata, vaksinnyapun masih belum ditemukan. Ikhtiar jasmani dan ruhani di tengah “new normal” ini rasanya lebih bijak dan aman, ketimbang berperilaku semaunya sendiri seperti kuda liar yang keluar dari kandangnya. Semoga !!!
Baturraden, 10 Juni 2020