Esai  

One Health : Mengaitkan Covid-19 dengan Keseimbangan Ekosistem

Black Death dalam Historia.id diceritakan sebagai sebuah wabah yang terjadi pada abad ke-14 yang membunuh hingga 50 juta jiwa penduduk Eropa atau sekitar 60% dari total penduduk Eropa. Wabah ini disebut juga sebagai penyakit pes.

Penyakit pes ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang ada pada kutu yang dibawa oleh tikus hitam. Sebagian ahli sejarah mengemukakan bahwa pes ini dibawa oleh perdagangan melalui jalur sutra. Namun, ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa itu datang dari arah Laut Kaspia (Ukraina)  tahun 1346 pada musim semi. 

Peristiwa Black Death tersebut seolah terulang kembali saat ini dengan munculnya coronavirus jenis baru bernama SARS coV-2  yang menyebabkan pandemic global dengan sebutan Covid-19 (Coronavirus Dissease 2019). Kemunculannya pertama kali di Kota Wuhan Provinsi Hubei, China pada Bulan Desember 2019 dan untuk pertama kalinya terkonfirmasi di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020.

Data yang dilaporkan situs resmi covid19.go.id hingga tanggal 14 April 2020 telah tercatat 4.839 kasus positif Covid-19 dengan kematian sebanyak 459 jiwa. Sedangkan data WHO secara global Covid-19 telah menginfeksi 213 Negara dengan total 1.848.439 kasus positif Covid-19 dengan kematian sebanyak 117.217 jiwa. Virus ini diduga berasal dari kelelawar yang sudah terjangkit virus kemudian dimakan oleh manusia sehingga kemudian menular dari manusia ke manusia.

Berkaitan dengan kedua peristiwa diatas, ada sebuah konsep yang disebut “One Health” diperkenalkan pada tahun 2000-an menyebutkan bahwa kesehatan manusia dan kesehatan hewan saling tergantung dan terikat dengan kesehatan ekosistem dimana mereka tinggal. Dalam konteks penyakit menular ekologi, antara tempat hewan dan lingkungan hidup memiliki relevansi yang signifikan untuk kejadian penyakit zoonosis yang muncul pada hewan dan manusia. Hal tersebut tentunya sangat terkait dengan apa yang terjadi dalam pandemi Black Death dan Covid-19 melihat bahwa penyakit yang muncul disebabkan oleh hewan yang terinfeksi terlebih dahulu oleh patogen (zoonosis).

Selanjutnya, pengetahuan yang komprehensif  tentang hubungan antar inang patogen dan lingkungan beserta ekologinya sangat penting untuk melawan patogen infeksius. Patogen zoonosis eksogen biasanya mengalami mutasi dan setelah melompat penghalang spesies dan memilih adaptasi kondisi lingkungan yang berbeda sebelum beralih ke manusia. Kemudian ancaman zoonosis meningkat secara global karena beberapa faktor seperti berkembangnya perdagangan dan perjalanan, perubahan iklim, patogen yang berkembang pesat, ledakan populasi, perubahan kebiasaan dan gaya hidup manusia, peternakan hewan terintegrasi intensif, dan lainnya. 

Baca Juga : Sektor Pertanian yang Presisi

Adapun dampak yang ditimbulkan dari mewabahnya Covid-19 antara lain adalah berkurangnya tingkat polusi global secara dramatis. Karena menurunnya aktivitas industri, penerbangan dan perjalanan yang menghasilkan emisi polutan karbon maupun nitrogen dan lainnya yang mengakibatkan efek pemanasan global. Bahkan di Kanal Venesia menunjukkan kualitas air yang semakin jernih setelah lockdown. Munculnya ikan-ikan kecil dan lumba-lumba yang sudah lama tidak terlihat di perairan Venesia. Penurunan tingkat pemanasan global karena berkurangnya polusi udara sehingga udara menjadi lebih segar akan memulihkan kembali ekosistem yang ada di Bumi.

Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa keseimbangan ekosistem terdapat pada interaksi yang seimbang antar-komponen biotik serta antara komponen biotik dan abiotiknya. Keseimbangan ekosistem sangat penting bagi keberlangsungan seluruh makhluk hidup di Bumi. Keseimbangan ekosistem akan berpengaruh positif terhadap kualitas lingkungan karena semua elemen dalam lingkungan dapat melakukan perannya masing-masing tanpa saling mengganggu atau mendominasi. Dalam keseimbangan ekosistem manusia dan alam akan hidup secara berdampingan –bukan manusia menguasai alam-  sehingga terciptalah keberlanjutan/ sustainability.

Penulis: Nura KhabitaEditor: Mei

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *