Persatuan Umat

Suatu hari saya akan sholat Ashar di mushola UVA. Kebetulan saya bertemu kawan yang juga akan Sholat. Lalu saya pun mengajaknya berjamaah. “Yuk, shalat Ahsar!” kata saya. Ternyata beliau baru akan shalat Dhuhur. “Belum waktunya shalat Ashar.” kata beliau. “Sudah koq.” jawab saya.

Akhirnya saya baru paham bahwa Mahzab Hanafi berbeda dalam penentuan waktu Ashar dengan Mahzab Syafii (mungkin dengan Mahzab lainnya juga). Semua sepakat tentang posisi matahari namun ada perbedaan pendapat tentang kriteria kapan waktu Ashar.

Waktu Ashar di Mahzab Hanafi agak telat. Kalau tidak salah ketika panjang bayangan dua kali panjang objek. Sedangkan Mahzab syafii mengatakan bahwa waktu Ashar dimulai ketika panjang bayangan sama panjang dengan panjang objek. Detailnya mungkin saya salah, tapi intinya waktu Ashar pada Mahzab Hanafi lebih telat dibanding Mahzab Syafii.

Perbedaan pendapat ini sudah berusia ratusan tahun. Dan ini adalah perbedaan pendapat menyangkut ibadah yang sangat fundamental yakni Shalat wajib.

Namun sejauh ini baik-baik saja. Tidak ada yang memaksa penyatuan kriteria shalat Ashar dengan dalih persatuan umat. Saya yakin diskusi ilmiah tentang kriteria ini pun sudah berlangsung dikalangan ulama sejak ratusan tahun lalu tanpa ada bumbu tudingan “ego mahzab”.

***

Niat dan cita-cita persatuan umat tentu mulia dan harus diapreasiasi. Tapi terkadang niat baik yang diimplementasikan dengan cara tak bijak malah menyebabkan perpecahan umat.

Kesatuan umat tidak akan bisa dicapai jika kita memaksa keseragaman pendapat semisal memaksa bahwa bubur ayam harus diaduk pada orang yang berpikir sebaiknya bubur jangan diaduk. Atau telor dadar harus diaduk di Nasi goreng pada orang yang lebih suka telor dadar harus dipisah.

Kesatuan umat akan dicapai jika kedua pihak yang berpendapat bahwa bubur sebaiknya diaduk dan bubur sebaiknya tidak diaduk sama sama difasilitasi dan dihargai.

Baca Juga : Homeless dan Fisika

Memang ada situasi2 khusus dimana pendapat pribadi atau kelompok harus dikesampingkan demi persatuan umat. Contohnya jika Gorgom datang dan memaksa untuk menginstal ideologi planet krisis. Disitulah keseragaman pendapat harus dikedepankan. Namun menurut saya situasi kita masih jauh dari situasi gawat darurat akibat kedatangan Gorgom.

***

Terakhir sebagai pengingat untuk diri sendiri, juga kawan-kawan yang mendamba persatuan umat. Kalau niatnya menyatukan, tunjukan Akhlak yang menyatukan. Bukan sebaliknya.

Mohon maaf sebelumnya, dulu saya kehilangan respek pada satu ormas yang mendamba kesatuan umat secara global, namun seringkali mencaci Saudi dengan sebutan antek kapitalis/Amerika dsb. Mencaci maki pemimpin2 negeri Islam seperti Muamar Ghadafi dsb. Gimana mau menyatukan umat kalau Akhlak yang dipertontonkan malah memecah belah?

Diskusi ilmiah tentu saja harus tetap berlanjut. Tapi jangan dibumbui dengan “tone” yang nyinyir, menyudutkan apalagi tudingan2 yang memperkeruh suasana.

-Zulkaida-
(Anggota ormas Bubur diaduk dan telur dadar dipisah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *