Sebulan penuh menahan seluruh anggota badan, untuk tidak melakukan sesuatu yang biasa dilakukan di luar bulan Ramadlan, rasanya menjadi sebuah ikhtiar untuk menjadi manusia baru yang penuh kearifan, meningkatnya tingkat kepedulian, bijak dalam bertindak, baik dengan manusia maupun alam sekitar.
Kondisi jasmani dan ruhani seperti itulah yang menjadi dambaan setiap orang, setelah melakukan perintah Alloh Swt berupa Puasa Ramadlan. Sehingga ketika kita harus bertemu dan menjalani kebijakan, karantina mandiri, PSBB dan apapun istilah terkini terkat covid-19, seharusnya kita lebih cepat untuk bisa menyesuaikan. Tidak malah menyalahkan kiri kanan.
Saat ini, kita masuk ke tahapan kembali kepada kenormalan baru, setelah kita menjalani PSBB, dan berhentinya berbagai aktifitas, seperti ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.
Pengetahuan yang selama ini banyak sekali kita miliki, di tengah pandemi covid-19, tentunya bisa menjadi ilmu yang bisa kita amalkan sekaligus bisa meningkatkan derajat dan martabat kita naik di hadapanNya.
Ber-Idul Fitri dan memasuki bulan Syawal, bagi kita adalah sebuah upaya untuk mencapai suasana baru yang seharusnya kita capai secara periodik setiap tahun.
Mungkin tak salah jika meminjam istilah “kembali ke titik nol”. Memperbaharui segalanya untuk mendapatkan kejernihan. Jernih dalam berpikir dan jernih dalam bertindak.
Dan…biarlah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menjadi bagian dari puasa kita….dan kita terus berusaha bersama untuk mewujudkan kondisi Normal akan segera terwujud.
Baturraden, 7 Juni 2020