Sedekat Al Fatihah

Kalian percaya garis takdir? Kalo aku percaya. Garis takdir tak ada yang mampu menduga, tak ada pula yang bisa menerka. Semua mengalir begitu damai, tanpa rekayasa tanpa terencana sedekat al fatihah.

Tiga belas tahun silam. Saat aku duduk di kelas dua SMP. Tepat di ulang tahunnya, anak-anak kelas semua mendorongku untuk mempimpin doa untuknya. Kuberanikan langkah walau rasa gugup terhampar bagai samudra tak bertepi.

Kulantunkan surat terdepan dalam musyaf Al Qur’an. Sebuah surat maha dahsyat yang bahkan jika saat sholat tak membacanya, maka sholat itupun dianggap tidak sah. Apalagi jika bukan Surat Al Fatihah.

Anda tahu, rasanya anda menyukai gadis dalam diam, dan tiba-tiba disuruh mendoakan di depan teman-temannya saat hari lahirnya? Groginya tak ketulungan, bung. Entah, aku juga tidak tahu, apakah dalam doa saat itu, diam-diam kuselipkan namanya hingga menembus langit-langit arsy? Wallohualam. Hanya Allah yang tahu.

Kini, tiga belas tahun kemudian, tepat di hari lahirku. Ku khitbah sesosok gadis yang tiga belas tahun silam kulantunkan Al Fatihah tepat dihari ulang tahunnya. Begitulah jika Sang Pemilih Hati berkehendak. Allah memang Maha Unik. Cara kerjanya begitu menakjubkan.

Baca Juga : Perjalanan Malam

Setelah lulus dari SMP, aku memang tak tahu kabarnya secara pasti. Hanya terdengar sayup-sayup dari rekan seangkatan bahwa dia melanjutkan sekolah di kota nganu, kemudian kuliah di kota ngini. Namun, jika Allah sudah berkehendak untuk mempertemukan, maka nikmat mana lagi yang akan kita dustakan?

Belum lama ini kami kembali dipertemukan dengan cara-Nya. Setelah dua belas tahun kami tak pernah berkomunikasi, entah bagaimana kami kembali berkomunikasi dan akhirnya kami memutuskan untuk ikhtiar dalam menuju penyempurnaan sebagian agama (menikah) melalui proses awal berupa khitbah.

Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kami menuju ikatan janji suci. Akad yang akan menjadi saksi di dunia dan akherat kelak bahwa kami adalah sepasang jodoh yang namanya telah terpatri di Lauhil Mahfudz. Sebuah penyatuan menuju dimensi ruang yang terisi dengan kalimat sakinah, mawadah, dan rohmah. Amin.

Cikakak, 30 September 2017
Salam,

Farid Dimyati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *