Wali madjzub itu diinstal sejak awal oleh Maha Programmer. Program-nya sudah built-up dari Allah. Dia memperlihatkan sifat-sifat-Nya (tajalli) hingga dia kehilangan sisi manusiawinya lantaran pancaran Ilahiyah. Larut.
Kalau waliyullah yang non-majdzub sifatnya “rakitan” (meminjam istilah dalam istilah PC), dibutuhkan komponen-komponen yang saling berkaitan hingga masing-masing terhubung dan paripurna sebagai waliyullah.
Maqamat dan ahwal-nya pun semacam aplikasi yang di-download secara berjenjang, dan dalam momentum tertentu diperbarui (refresh). Juga melalui tahapan upgrade, naik level. Ulasan soal ini bisa ditemui di Jami’ al-Ushūl fi al-Auliyā’ karya Syekh Dliyā’uddin Ahmad bin Mushthafa.
Karena itu, wali majdzub tidak boleh atau tidak bisa punya murid, sebab ilmu, haliah dan kewaliannya untuk dirinya sendiri, bukan untuk ditiru oleh orang lain.
Biasanya ada yang berusaha meniru wali yang majdzub, dengan bersikap “sok nyeleneh” akhirnya malah majnun dan maghdub…. ha-ha-ha.
Istilah jadzab atau al-majdzub ini di pesantren sudah menjadi semacam “legenda”, sama legendarisnya dengan bahasan Ilmu Laduni.
Baca Juga : Madad, Aliran Kebaikan dari Cinta dan Prasangka Baik
Salah satu kitab berisi kumpulan keramat para kekasih-Nya, Jāmi’ Karāmāt al-Awliyā’ karya Syekh Yūsuf bin Ismā’il Annabhani, juga turut mencantumkan hal ini.
Baik para wali yang melalui tangga spiritualitas dari jalur Suluk (bertarekat maupun tidak), maupun jalur khusus: al-Majdzub. Biasanya, ketika menulis keramat sosok wali jadzab, Syekh Yūsuf menandainya dengan sebutan al-Majdzub.
Beliau mengolah kisah keramat para wali-Nya, sejumlah kurang lebih 1400 an sosok, yang namanya disusun berdasarkan urutan alfabetis. Uniknya, beliau mengawali penyusunan dengan menggunakan urutan huruf mim (م)/Muhammad, semata-mata lantaran pengagungan beliau atas Rasulullah.
Hampir semua cerita karamah para Waliyullah, sejak era sahabat, tabiin, tabiut tabiin, hingga ulama salaf dan juga para ulama yang hidup belakangan, beliau tulis. Bahkan, wali yang masih bisa dijumpai saat Syekh Yūsuf menulis kitab ini, awal abad XX, juga dicantumkan.
Bagaimana memahami fenomena al-Madjzub? Contohnya seperti ini, panjenengan sedang LDR-an, dapat chating bahkan telepon dari orang terkasih, komunikasi terus menerus dalam 1 jam. Walaupun jauh, tapi merasa dekat, dan pikiran serta hati fokus pada chating. Kasmaran. Akhirnya saking fokusnya, diajak ngobrol orang sekitar pun nggak nyambung.
Atau, contoh lain, anak kita konsentrasi main mobil legends, fokus menthelengi hape, diajak bicara bakal nggak dengar, walaupun telinganya dengar backsound game itu. Fokus kus kus. Hati dan pikiran sudah tertarik-masuk ke dalam permainan.
Hanya, tampaknya ada pola aneh. Beberapa gus yang memang malas belajar berlagak jadzab. Helap, kata orang Madura. Biasanya ngandalkan nama besar bokap atau leluhurnya. Juga cerita-cerita keramat yang disampaikan santrinya, yang seringkali tidak menyaksikan langsung, melainkan katanya, konon, dan kabar tidak valid lain.
Baca Juga : Biografi Singkat Kiai Ahmad Abul Fadhol Senori Tuban
Misalnya, ini yang selalu berulang diceritakan penderek-penderek si gus, bahwa sosok tersebut pernah naik motor atau mobil kehabisan BBM, lalu mengisinya dengan air sungai bahkan air mineral, lalu nyala lagi mesinnya.
Biasanya saya bilang ke pendereknya, kalau mobilku aku kosongkan tangkinya, gusmu bisa nyalakan mesin pakai modal Ale-Ale sekardus nggak? Kebanyakan mereka juga diam dan cengar cengir saja.
Gus-gus modal cerita keramat ini juga sering bertingkah pola aneh (khariqul adat), bahkan meninggalkan shalat (!) termasuk malak fulus ke murid ayah atau kakeknya.
Beberapa kiai yang berlaku husnudzdzon (ini berat!) memilih memberikan apapun permintaan si gus. Padahal dia bukan madzjub, cuma berlagak jadzab saja, biar disebut wali atau tujuan duniawi lain. Lha wong pancen kedonyan, kok!
Wistalah, goblok ya goblok, kudu memaksa diri belajar, nggak usah tampil nyeleneh! Mental manja dan kere ya kudu dipatahkan, diganti dengan etos kerja keras yang halal! Kerjo, kerjo, kerjo, ora usah macak wali.
Kecuali jika kita sudah menjadi Wali Murid!