Di Penghujung 2020

Tak terasa kita telah berada di penghujung bulan Desember 2020 dan kita memasuki tahun baru 2021. Dalam penangggalan nasional, bulan Desember adalah bulan terakhir dari 12 bulan selama satu tahun yang diawali dengan bulan Januari.

Desember sangat berarti bagi kita semua ibarat berada di tapal batas perjalanan, beberapa langkah lagi memasuki daerah baru. Begitu banyak sudah peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan kita. Baik suka dan duka mengiringi perjalanan selama kurun waktu setahun ini.

Kesuksesan dan kegagalan adalah bagian tak terpisahkan menjadi bumbu penyedap yang hadir sejak awal tahun baru sampai menjelang berakhirnya penanggalan 2020. Semua orang merasakan dan mengalaminya.

Kepedihan dan Kebahagian silih berganti hadir disetiap jengkal waktu, mematangkan sikap hidup menghadapi amukan gelombang hidup yang tak pernah kita inginkan tapi hadir bagaikan tamu tak undang.

Sekuat tenaga kita berikhtiar lahir dan batin mengerahkan semua kekuatan yang kita miliki, pada akhirnya sebagai makhluk ciptaan Sang Maha Tunggal kita tak kuasa lari dari lorong takdir yang telah tertulis sejak jaman azali.

Betapa angkuhnya kita merasa menjadi manusia paling superior di muka bumi hanya karena bergelimang dekorasi kekuasaan, harta, ilmu dan status sosial, memandang orang lain dengan wajah kanibal, menerkam yang lemah dan tak berdaya, mengabaikan kebenaran dan keadilan.

Kekuasaan, harta dan status sosial tanpa terasa di-Tuhankan untuk melanggengkan nafsu dan melampiaskan seluruh ego agar tetap eksis serta dihormati orang lain.

Menyikapi tahun ini dengan evaluasi dan menganalisa semua yang telah dilalui menjadi referensi agar kelak ditahun baru dapat lebih bijak, santun , toleran dalam berpikir, berucap dan bertindak agar mampu mengekplorasi potensi diri yang ada.

Setiap manusia dikarunia kekuatan dan pesona hidup yang berbeda-beda. Berbeda daya voltase dan imunitas dalam menyikapi , mengelola setipa area konflik yang dihadapinya.

Esensi dari seluruh komoditas hidup dan kehidupan adalah sikap berbagi, sikap bermusyawah, sikap silaturahim mencairkan kebekuan ego yang mendera personal yang kadang tanpa disadari menjadi belenggu enggannya saudara, sahabat, untuk singgah menjenguknya.

Cahaya pribadi yang cerdas dengan kemampuan Intelektual Quotien (IQ) dan Emotional Quotien (EQ) yang seimbang akan menghadirkan pribadi brilian merespon sinyal-sinyal disekitar hidup kita.

IQ tinggi menjadi modal awal sebagai anugerah Tuhan yang harus diabdikan dan diabadikan untuk kebersamaan jagad raya (rahmatan lil ‘alamin). Banyak pemilik IQ tinggi seakan menjadi tuan sendiri di muka bumi. Seolah orang lain menjadi rendah martabatnya.

IQ bukanlah segala-galanya, karena banyak manusia dengan pendidikan S1, S2, S3 menjadi terasing dari lingkungannya. Mereka lupa bahwa kampus mereka yang bernama Universitas adalah Jagad Alam Raya seisinya.

Ia bermanfaat bagi manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan seluruh jagad seisinya baik yang bernyawa dan tak bernyawa menjadi tenteram bila berada disampingnya.

Setelah kita punya IQ, apakah kita punya EQ sebagai pengendali emosi yang meledak-ledak yang sering kali membuat kepongahan dan kebodohan?.

Mengendalikan Emosi menjadi kunci menjadi pribadi unggul, mampu bersikap toleran dalam menyikapi perbedaan, baik perbedaan latar belakang ekonomi, pendidikan, agama, budaya.

Manusia dengan Emosi terkendali adalah manusia bijak, manusia paripurna yang mampu menaklukkan nafsunya. Karena sumber kekacauan di dunia ini bermula dari pecahnya pribadi yang emosinya liar tak terkendali dengan baik.

IQ dan EQ perlu dilengkapi Spiritual Quetion (SQ) agar menuju tangga teringgi dibimbing oleh nilai-nilai religi yang bersumber dari Agama, Apa artinya IQ dan EQ tinggi jika tidak didukung kekuatan spiritual, maka akan menjadi pribadi yang mudah teralienasi, frustasi, stress, karena tak mampu menemukan arah hidup. Split Pesonality.

Kematangan dalam menapaki kehidupan seperti seorang pendaki gunung yang menaiki dari lembah bukit sampai ke puncak gunung menghadapi rintangan dan tantangan yang berat.

Mendaki lereng yang curam, hutan yang dipenuhi hewan-hewan ganas, juga bebatuan berlumut disertai cuaca yang dingin bersalju, membutuhkan daya tahan dalam mencapai puncak.

Kecerdasan Rintangan Adversity Quetiont (AQ) menjadi parameter dan barometer manusia paripurna, Manusia Paripurna dalam teks Post Modern adalah manusia yang berkekuatan IQ tinggi, EQ terjaga, SQ brilian dan didukung AQ yang mampu bertahan dari gempuran-gempuran arus globalisasi tanpa tercerabut dari akarnya.

Menjadi manusia Jawa, Sunda, Batak, Bugis, Aceh, Papua dll tetap eksis dengan asesoris warna lokalnya dalam wadah Nasional dan berbaur dalam masyarakat internasional tanpa minder, tanpa rendah diri.

Karena ia meyakini Tuhan Yang Kuasa menciptakan manusia itu sama, karena mnausia yang mulia adalah manusia yang bertaqwa.

Harapan tahun baru dengan gagasan yang menjulang merupakan aset terbesar menghadapi geliat pertarungan esok hari. Daya tarik tahun baru dengan puluhan, ratusan bahkan ribuan peluang memerlukan pasokan-pasokan energi hidup yang lebih kokoh.

Rasanya ledakan gempa hidup tahun ini dengan dentuman amplitudo yang sering memerahkan mata, mencairkan mata tangis akan segera berakhir dengan untaian kegembiaraan

Pesta Pora Tahun Baru 2021 tak akan kita lakukan lagi seperti tahun lalu. Karena kita tengah dalam keprihatinan menghadapi pandemi global yang hampir satu tahun belum tahu kapan akan berakhir.

Menyambut tahun baru bukan dengan hingar bingarnya musik cadas, musik dangdut atau ledakan kembang api denga terompetnya. Terompet menjadi pengingat bahwa hidup ada akhirnya. Seperti kalender 2020 yang akan dilepas dipajangan dinding rumah atau tempat dimana dipasang.

Manusia laksana kalender yang akan segera ditinggalkan apabila tak mampu bersinergi dengan seluruh makhluk alam semesta tanpa memberi manfaat pada sesama.

Tahun 2021 menjadi start memulai aktivitas baru, agar lebih baik dari tahun 2020 Manusia merugi namanya jika tahun 2020 dan kelak tahun 2021 sama post saldonya atau minus di tutup buku kalender tiap tahunnya.

Exit mobile version