Ramainya pembagian sembako oleh pemerintah, tentunya disambut dengan gembira ria oleh seluruh masyarakat terdampak covid-19. Sekalipun masih menuai kritikan terkait data yang terkadang masih belum diterima oleh sebagian pihak.
Terlepas dari itu semua, kebutuhan makan setiap individu, tak bisa ditunda. Siapapun mengalami hal yang sama, apalagi bagi yang saat ini tak ada lagi pergerakan ekonomi di rumah tangganya.
Dulu kami mengenal Lumbung Desa, yang berisi padi atau bahan pangan lainnya, untuk ketahanan pangan. Sekarang bentuknya sudah berubah, menjadi berdirinya banyak lembaga kemanusiaan, misalnya yang mengakomodir terkumpulnya zakat, infaq dan shodaqoh.Tapi substansi dan tujuannya sama, untuk menghadapi datangnya masa paceklik
Dengan massifnya dampak covid-19 ini, pemerintah dan lembaga kemanusiaan swastapun, kewalahan menghadapi permintaan kebutuhan pangan yang begitu besar dan merata. Tidak akan maksimal jika masyarakat secara mandiri tidak ada inisiatif untuk membantu sesama demi kemanusiaan.
Baca Juga : Kearifan Lokal dan Ketahanan Pangan Saat Pandemi
Ada tradisi sangat mulia yang saat ini masih berlangsung di masyarakat bawah, yaitu Jimpitan.
Jimpitan adalah suatu kegiatan mengumpulkan sedikit bahan pangan, misalnya satu sendok atau setengah gelas beras yang disisihkan seorang ibu yang mau masak, kemudian dikumpulkan dalam suatu komunitas warga, untuk kegiatan sosial.
Dari hanya satu sendok misalnya, tapi karena jumlah warga yang mengumpulkan juga banyak, maka akan menjadi jumlah yang banyak pula.
Jimpitan, saat ini menjadi penolong yang cukup ampuh dan diperhitungkan ketika kebutuhan pangan warga tak terelakan lagi karena dampak corona. Jimpitan, sebagai upaya berbagi dengan saudara kita yang sedang sangat membutuhkan.
Sebuah upaya mulia, jika setiap hari kita bisa menyisihkan sesendok beras atau setengah gelas untuk kepentingan bersama. Sebuah antisipasi jitu untuk tidak terjadinya orang kelaparan di tengah yang lain (mungkin) sedang kekenyangan.
Jimpitan….Lumbung Pangan yang kami rindukan saat dampak covid-19, makin tak terelakkan….
Ketenger – Baturraden, 30 April 2020