KH. Abdul Mannan Dipomenggolo (?-1862) Muassis Termas

TABARRUKAN 2 ABAD PONDOK TERMAS (2)

KH. Abdul Mannan Dipomenggolo adalah pendiri Pesantren Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, di tahun 1830, dan kakek Syekh Muhammad Mahfuzh Tremas(1868-1920), ulama-penulis terkenal itu.

Kiai Abdul Mannan menimba ilmu di Mekah dan di Kairo, Mesir. Kiai Abdul Mannan dikenal sebagai pendiri ruwaq Jawi sekitar tahun 1850.

Ruwaq Jawi adalah tempat hunian atau pemondokan orang-orang Nusantara di pelataran kiri dan kanan mesjid al-Azhar dalam lingkungan Universitas al-Azhar, Kairo.

Waktu itu ada empat ruwaq di sana: selain ruwaq Jawi, ada ruwaq Syami (asrama untuk pelajar dari negeri Syam), ruwaq magharibah (asrama untuk pelajar dari negeri Maghribi), dan ruwaq Atrak (asrama untuk pelajar dari negeri Turki).

Pentingya ruwaq Jawi ini disadari betul oleh Kiai Abdul Mannan. Yakni untuk memenuhi kebutuhan pemondokan anak-anak Indonesia yang sebagian besar belajar ke al-Azhar dengan modal pas-pasan.

Baca Juga : KH. Ahmad Dahlan Termas atau Tremas (1862-1911):

Keberadaan ruwaq ini menjadi basis interaksi anak-anak Indonesia dengan masyarakat Mesir, sekaligus menandai hubungan pertama kedua bangsa ini yang sama-sama menghendaki kemedekaan dan menolak penjajahan bangsa Eropa.

Selama berada di Kairo tahun 1850-an, beliau berguru kepada Syekh Ibrahim al-Baijuri. Nama Syekh al-Azhar(menjabat 1847-1860) ini memang dikenal luas di kalangan komunitas pesantren di Indonesia. Beliau adalah penulis kitab fiqih Hasyiyah al-Baijuri yang terkenal itu, dan juga kitab tauhid berjudul Fathu-l-Mubin syarah Ummu-l-Barahin. Berkat hubungan dekat dengan Kiai Abdul Mannan ini, kitab-kitab Syekh Baijuri ini bisa masuk ke Indonesia di tahun 1860-an.

Kiai Abdul Mannan Dipomenggolo memang dikenal sering memperkenalkan kitab-kitab karya ulama besar Mazhab Syafi’i ke Indonesia.

Dalam kitab al-Ulama al-Mujaddidun(terbitan Pesantren al-Anwar Sarang) yang dikarang oleh KH. Maimun Zubair dari pesantren Sarang, Rembang, nama Kiai Abdul Mannan disebut sebagai seorang ulama Ahlussunnah Waljamaah yang pertama kali membawa kitab Ittihaf Sadati-l-Muttaqin karya Imam al-Hafizh az-Zabidi.

Baca Juga : Syekh Ali Jum’ah : Menghidupkan Majlis Ilmu dengan Kekayaan Pribadi

Kitab ini adalah syarah atau komentar atas kitab terkenal al-Imam al-Ghazali, Ihya Ulumi-d-Din. Keberadaan kitab-kitab ini kemudian memberi karakter keilmuan Pesantren Tremas di masa-masa selanjutnya – sehingga menjadi salah satu kiblat para santri di Nusantara untuk nyantri dan berguru.

Selain Tremas, ada Pesantren Demangan, Bangkalan, di bawah asuhan Syaikhuna Cholil dan Pesantren Tebuireng di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari – ketiganya merupakan pesantren favorit yang sering dikunjungi kaum santri di abad 19 dan awal abad 20.

Sekembalinya ke Indonesia sekitar akhir dekade 1850-an, Kiai Abdul Mannan melanjutkan mengurus Pesantren Tremas dan membina masyarakat sekitarnya. Tidak lama kemudian beliau dipanggil Sang Khaliq pada tahun 1282 H/1862 dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Semanten, Pacitan.
Allah yarhamhu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *