Muludan Lagi Muludan Terus

Memang Pagebluk ini sungguh meresahkan dari bulan ke bulan. Bukannya malah hilang, virus ini kian merajalela di mana-mana, apalagi di Indonesia tercinta ini.

Tapi itu semua tidak menjadi penghalang untuk tetap menyemarakkan Maulid Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Dan bagaimana dengan muludan di musim pagebluk corona ini? Apakah akan tetap berlangsung khidmat seperti biasanya?

Mungkin di daerah dengan zona merah, merayakan Maulid dengan normal adalah hal yang tidak memungkinkan kecuali dengan protokol kesehatan yang menjadi aturan dan syarat wajib dari pemerintah. Tapi bukan berarti maulidan ini mandeg, warga zona merah juga cerdiknya bukan main.

Siaran live di Instagram dan Youtube adalah cara “new normal” yang takzim di gunakan belakangan ini. Banyak juga masjid dan mushola yang menyelenggrakan pengajian online atau dengan membuat Konten di Podcast yang lebih ramah muda-mudi demi menyemarakkan Maulid kali ini.

Sementara di daerah zona hijau sendiri semangat bermaulid semakin membara. Tradisi perjanjenan yang melekat di umat muslim dan khususnya kalangan NU tidak bisa mandeg, tetap berjalan seperti biasanya.

Perjanjenan dari rumah ke rumah, di pesantren, serta masjid dan mushola-mushola tetap di jalankan, bahkan ada yang menyelenggarakn sebulan full.

Bukannya tidak takut dengan Pagebluk ini, rasanya lebih takut lagi tidak ikut serta ‘ngelap berkah’ (red:mencari berkah) dalam acara perjanjenan atau pengajian.

Di daerah saya contohnya, bulan maulid ini malah lebih semarak lagi karena Pengajian Perjanjenan di lakukan FULL Satu bulan oleh Ibu-ibu majelis . Apalagi jika Malam 12 Robiul Awal dan Malam Jumat, bukan hanya ibu-ibu tapi anak-anak, muda-mudi serta golongan bapak-bapak pun turut serta. Yang biasa malam jumat hujan karena sedang musim hujan tidak terasa dingin dan bikin mager tapi malah semakin menghangatkan.

Pelaksanaan Perjanjenan yang di hadiri oleh banyak orang dan sifatnya berkumpul ini mungkin meresahkan bagi sebagian orang yang memandangnya. Bagaimana mungkin, sedang Pagebluk corona kok malah kumpul-kumpul?

Tapi sifat sentimental terhadap Maulid ini meluruhkan semuanya, pun juga terhadap pemerintah. Tidak ada sifat melarang dengan peringatan apalagi penggerebekan tapi dengan pemberlakuan Jam malam dan kesadaran masing-masing.

Gus Baha, ulama dari Rembang, menjelaskan bahwa Maulid Nabi Muhamad SAW adalah saat yang tepat untuk mengingat kembali sifat-sifat Nabi.
“Lewat Maulid Nabi Muhammad SAW, umat islam bisa mengenang tentang sosok, figure dan perjuangan Nabi Muhammad SAW yang penuh perjuangan dan memberi suri tauladan yang luar biasa. Misalkan deskpisi tentang sifat welas asih Nabi Muhammas SAW yang penyanyang , cenderung diam ketika di sakiti, dan tidak pendendam terhadap musuh,” terang Gus Baha (dikutip dari mojok.co).

Refleksi terhadap sifat-sifat nabi dan kisah hidupnya yang harus kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari adalah bukti nyata dalam puncak Maulid ini.

Mahabbah terhadap Nabi Muhammad SAW, rasanya tidak terbatas hanya karena adanya Pagebluk ini. Justru semakin tidak terbatas dan melampaui yang tidak biasa menjadi Luar Biasa. Pokoknya Mauludan lagi dan maulidan terus. Alfatihah untuk kanjeng Nabi Muhammad, alfatihah…

Exit mobile version