Temujin, Bapak Pemersatu Mongol

” Imperium Mongol adalah bangsa yang merdeka, serta bebas memerintah dirinya sendiri. Semua orang yang berbagi kehendak yang sama dengan kita akan diterima sebagai rekan, tanpa mempedulikan asal-usul, suku, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, dan latar belakang sejarah. Kebebasan beragama akan dijamin dan adat-istiadat tradisional semua orang akan dihormati. Siapapun yang berada dibawah panji-panji Imperium Mongol akan berkedudukan setara dan memiliki hak, tanggung jawab, serta previlese yang sama.”

Pidato diatas adalah pidato pertama Temujin saat diangkat menjadi Ka-khan, kaisar tertinggi di dataran Mongol. Saat itu tahun 1206 masehi, upacara khuriltai diadakan untuk memilih seorang ka-khan, khan daripada khan (saat itu mongol adalah bangsa yang terpisah-pisah, setiap wilayah/suku dipimpin seorang khan).

Temujin adalah ka-khan pertama imperium Mongol yang bergelar Djengis Khan (penguasa dunia). Sebuah gelar yang akhirnya menjadi sebuah kenyataan.

Sam Djang dalam bukunya yang berjudul “Genghis Khan : World Conqueror Volume 2”, mengatakan bahwasanya Imperium Mongol adalah imperium terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia, wilayahnya meliputi Asia dan sebagian wilayah Eropa, berdasarkan catatan sejarah, wilayahnya seluas 35.624.550 kilometer persegi, melebihi wilayah kekuasaan Great Britain yang hanya seluas 33.122.532 kilometer persegi.

Djengis khan adalah ksatria hebat, ia yang menginspirasi Adolf Hitler dalam menaklukan dunia, strategi perang ala Djengis Khan menjadi rujukan Hitler dalam melancarkan aksi perang dahsyatnya.

Djengis khan adalah yang mula-mula mendapatkan dan mengerjakan taktiknya Blitzkrieg. Seperti angin puyuh “wervelwind” kata bahasa Belanda, ia menyerang suatu negeri dengan tentara berkuda dengan kecepatan yang maha dahsyat ke arah musuh.

Perang kilat itulah mula-mula yang dikerjakan oleh orang Asia, lebih dari tujuh abad sebelum perkataan “blitzkrieg” diucapkan orang. Boleh dikatakan, tidak ada satu negeri yang balatentaranya mampu menahan serangan Djengis khan karena taktiknya yang maha cerdik dan tidak disangka-sangka.

Itulah yang kemudian membuat Hitler menjiplak taktiknya Djengis khan dalam menaklukan dunia, begitulah Bung Karno dalam artikel yang berjudul ” Djingis Khan Maha Imperialis Asia” dalam bukunya (Dibawah Bendera Revolusi) menggambarkan sosok mahadiraja Djengis khan yang begitu hebat.

Didalam memerintah negaranya, Djengis khan juga membuat undang-undang untuk keamanan sosial yang disebut “Yassa”, sebagian isinya antara lain seperti ini :

  1. Pezina harus dihukum mati, tidak peduli status pernikahan, alasan, ataupun dalihnya.
  2. Siapapun yang mencuri barang milik orang lain harus dihukum mati, jika tindakannya disengaja.
  3. Siapapun yang melakukan sodomi harus dihukum mati.
  4. Saksi palsu harus dihukum mati.

Yassa membantu bangsa Mongol dalam membangun standar moral, pada mulanya mereka hidup semrawut tanpa diatur oleh sebuah negara. Itulah awal tonggak dimulainya masyarakat baru bangsa Mongol, sebuah masyarakat yang hidup di padang bersalju, kuda-kuda super cepat yang dimilikinya, tangan-tangan yang mampu meremukan tulang mereka punya musuh, begitu hebatnya dari Asia hingga Eropa mereka kuasai, negeri-negeri yang melawan ia ratakan dengan tanah, raja-raja yang tak mau tunduk kepalanya ia pertontonkan kepada rakyat yang baru ditaklukannya.

Soekarno dengan nada sarkastiknya berkata kepada Hitler kurang lebihnya begini, “Bangsa Asia yang tuan hina dalam tuan punya buku, “Mein Kampf” itu, telah mendahului tuan lebih dari tujuh ratus tahun yang lalu”.

Exit mobile version