Tren Stoikisme

Dua hari lalu, iseng masuk ke toko buku, mengamati deretan buku yang dipajang di rak-rak panjang. Di bagian rak yang ditandai dengan tulisan “FILOSOFI & PSIKOLOGI” tampak banyak sekali buku dengan judul menggunakan kata “stoik”, “stoikisme” dan semacamnya.

Sebut saja misalnya, Filsafat Stoikisme, Stoikisme: Prinsip Hidup Abad 21, Menjadi Manusia Stoik, Setiap Hari Stoik, Bahagia dengan Ajaran Stoik, dan masih banyak lagi. Apa sih sebenarnya stoikisme itu dan siapa yang mencetuskan ajaran/filsafat ini?

Kata “stoa” atau “stoik” berasal dari bahasa Yunani Kuno Stoa (στοά). Kata “stoa” dalam bahasa Yunani Kuno merujuk pada galeri terbuka atau teras beratap yang digunakan sebagai tempat pertemuan, berjalan-jalan, atau tempat belajar dan menyampaikan pelajaran.

Stoa adalah bangunan atau struktur yang memiliki kolom-kolom dan atap yang digunakan untuk berbagai tujuan di kota-kota Yunani Kuno. Namun, dalam konteks Stoikisme, “Stoa” merujuk pada tempat pertemuan awal para filsuf Stoik di Athena, tempat mereka mengajar dan berdiskusi tentang ajaran mereka. Dari sinilah istilah “Stoikisme” berasal.

Kata “stoik” (στωϊκός) dalam bahasa Yunani Kuno merujuk pada seseorang yang mengikuti atau menganut ajaran Stoikisme. Dalam konteks ini, seorang “stoik” adalah seseorang yang mempraktikkan filsafat stoik dan mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip stoik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangan selanjutnya, kata “stoik” juga dapat digunakan secara umum untuk menggambarkan sifat atau sikap seseorang yang tenang, tahan banting, dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi atau keadaan eksternal. Jadi, jika seseorang mengatakan bahwa seseorang memiliki sikap “stoik,” itu berarti orang tersebut memiliki sifat yang serupa dengan ajaran Stoikisme, yaitu tahan banting, tenang, dan tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan kecil atau masalah sehari-hari.

Baca Juga : Ronggeng Dukuh Paruk dan Suara Penyintas Kekerasan Pasca G30S

Sejarah Stoikisme bermula pada abad ke-3 SM di Yunani Kuno, dan ajaran ini memiliki beberapa pencetus dan tokoh utama yang memainkan peran penting dalam perkembangannya. Berikut adalah sejarah singkat Stoikisme dan beberapa tokoh kunci dalam filosofi ini.

Zeno dari Kitium (Zeno of Citium). Zeno dari Kitium adalah pendiri Stoikisme. Lahir sekitar tahun 334 SM di Kitium (sekarang Larnaca, Siprus), ia pindah ke Athena di mana ia memulai mengajar pada sekitar tahun 300 SM.

Zeno menggabungkan pengaruh dari berbagai aliran filsafat Yunani kuno, termasuk Sokratisme, Kynisme, dan Stoa (tempat pertemuan awal para Stoik). Dari sinilah istilah “Stoikisme” berasal. Ajaran Zeno diteruskan oleh para muridnya dan menjadi dasar bagi perkembangan Stoikisme selanjutnya.

Cleanthes. Cleanthes adalah salah satu murid pertama Zeno dan kemudian menjadi kepala sekolah Stoa. Ia memiliki peran penting dalam merumuskan ajaran Stoikisme awal. Karya tulis utama Cleanthes adalah “Himne kepada Zeus,” yang mencerminkan pandangan Stoik tentang alam semesta dan peran tuhan/dewa di dalamnya.

Chrysippus. Chrysippus adalah seorang filsuf Stoik yang hidup pada abad ke-3 SM. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan Stoikisme. Chrysippus menyusun banyak karya tulis dan mengembangkan ajaran Stoikisme dalam berbagai bidang, termasuk logika, etika, dan fisika. Ia juga memperkenalkan konsep-konsep penting seperti “tokhē” (tukang) dan “apathē” (keseimbangan emosi).

Epictetus. Epictetus adalah seorang budak yang kemudian dibebaskan dan menjadi salah satu filsuf Stoik yang paling terkenal. Ia hidup pada abad pertama Masehi di Roma. Ajaran Epictetus dikenal melalui catatan-catatan yang dibuat oleh muridnya Arrian, yang menciptakan “Encheiridion” atau “Manual Epictetus,” yang berisi ajaran Stoik tentang etika praktis dan pengendalian diri.

Baca Juga : Selesai dengan Diri Sendiri

Seneca. Seneca adalah seorang filsuf Stoik yang hidup pada abad pertama Masehi di Roma. Ia juga seorang penasihat dan tutor bagi Kaisar Nero. Karya tulis Seneca, termasuk surat-suratnya kepada Lucilius, sangat memengaruhi pemahaman Stoikisme dalam konteks Romawi. Ia mengembangkan banyak konsep Stoikisme dalam konteks kehidupan sehari-hari dan kebijaksanaan.

Marcus Aurelius. Marcus Aurelius adalah seorang Kaisar Romawi yang juga seorang Stoik. Ia menulis Meditations (Meditasi), yang merupakan catatan pribadinya tentang etika Stoik dan pemikirannya tentang hidup dan pemerintahan.

Stoikisme terus berkembang sepanjang sejarah dan mempengaruhi banyak filsuf dan pemikir selanjutnya. Ajaran-ajaran Stoikisme tentang pengendalian diri, etika, dan kebahagiaan tetap relevan dalam berbagai konteks sepanjang sejarah dan hingga saat ini.

Exit mobile version